METRO SUMATRA NEWS

RUMELIA, SRIKANDI DI SELATAN LIMAPULUH KOTA

Limapuluh Kota, metrosumatranews.com — Banyak emansipasi wanita bukanlah untuk persamaan derajat emansipasi adalah pembuktian diri yang seimbang antara raga yang tangguh, namun hati senantiasa patuh. Emansipasi ada penerimaan.

Penerimaan diri bahwa setiap tempat ada empu yang dikodratkan dan dipantaskan.” Kutipan kata-kata bijak R.A Kartini, dinukil dari buku Celoteh R.A. Kartini: 232 Ujaran Bijak Sang Pejuang Emansipasi, karya Ahmad Nurcholish, terasa terhubung dengan sosok Rumelia, SS.TP, M.Si. Wanita kelahiran Payakumbuh 45 tahun lalu, persisnya 3 Mei 1977, bakal mencatat tanggal 09 Juni 2022, salah satu hari terpenting dalam hidupnya dan R.A Kartini di sisi lain.

Hari itu, di bawah tatapan mata Ketua TP-PKK Nevi Safaruddin, Asisten Pemerintahan Herman Azmar, Kepala DPMN/D Endra Amzar, Forkompinca Lareh Sago Halabantokoh dan pemuka masyarakat Kecamatan Lareh Sago Halaban, Rumelia dikukuhkan Bupati Limapuluh Kota Safaruddin Dt Bandaro Rajo sebagai Camat Lareh Sago Halaban. Tak ayal melalui pengukuhan itu, ia kini menjadi satu-satunya perempuan ber-benggo Camat diantara 13 camat se- Kabupaten Limapuluh Kota.

Pengangkatan Rumelia selaku Camat Lareh Sago Halaban oleh Bupati Safaruddin sudah pasti melalui pengkajian yang matang. Semua hal administratif, kapasitas dan kapabilitas, tentu telah dipertimbangkan. Tak heran, keputusan Bupati Safaruddin memberi peluang kepada perempuan untuk mengelola teritorial menuai pujian dari warga Limapuluh Kota. Tentu basisnya tetap saja rekam jejak. Untuk figur Rumelia, kisi-kisi bekal pendidikan dan rentang karir di pemerintahan yang bakal menjawabnya.

Ia telah digembleng di ‘sekolah pamong’ selama empat tahun. Rumelia tercatat sebagai alumnus Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, Jatinagor, Jawa Barat 1999. Tak berpuas diri dengan bekal ‘sekolah pamong-nya, ia pun lantas menggondol ijazah S2 dari Program Magister Perencanaan Wilayah Pedesaan Universitas Andalas. Bagaimana dengan karir? Yang mengesankan empat kali Rumelia pernah menjadi orang nomor dua di sejumlah kantor camat di Kabupaten Limapuluh Kota.

Empat kali jabatan sekretaris kecamatan dilakoninya antara tahun 2013 sampai dengan tahun 2022, diantaranya dua kali di Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Lareh Sago Halaban dan Akabiluru. Itu artinya wilayah dan warga Lareh Sago Halaban bukanlah hal yang asing bagi Rumelia. Dengan pendidikan dan catatan karir, yang lebih dari cukup untuk menjadi seorang camat, justru tak membuat sosok tenang ini jumawa. Ia dengan rendah hati kepada Tim Kominfo berucap,” Saya tetap tak menyangka diamanahkan Pak Bupati menjadi camat, ini jabatan yang tidak ringan, tapi akan saya jalani dengan sebaik-baiknya.

” Ya, seperti terngiang kembali ucapan R.A Kartini, serta harapannya terhadap perempuan lebih se abad lalu. “Emansipasi ada penerimaan. Penerimaan diri bahwa setiap tempat ada empu yang dikodratkan dan dipantaskan”.

Rumelia adalah empu yang pantas untuk menjabat Camat Lareh Sago Halaban. Bukankah juga kata perempuan disusun atas kata dasar empu bermakna tuan, kepala atau orang mahir/berkuasa.

Bagaimana pentingnya sosok Camat dan pemerintahan kecamatan agaknya bisa disimak dari arahan Bupati Safaruddin saat mengukuhkan sejawat Rumelia, Wiko Putra, seminggu sebelumnya selaku pejabat baru Camat Kapur IX. Dijelaskan oleh Bupati Safaruddin, kedudukan pemerintahan kecamatan sangat strategis. Penjabat Camat menyelenggarakan sebagian kewenangan Bupati selaku Kepala Daerah. Terutama menyelenggarakan pemerintahan dan pengembangan wilayah kecamatan. Untuk suksesnya tugas camat, pesan Bupati Safaruddin,” Camat harus mengenali tugas-tugasnya dan inovatif dalam menyiapkan sistem untuk pelayanan masyarakat.”

Pesan-pesan yang mesti diterjemahkan Rumelia untuk Kecamatan Lareh Sago Halaban, wilayah di Selatan Limapuluh Kota terdiri delapan Nagari dan 50 Jorong dengan luas wilayah 394,85 Km2 dan pada tahun 2020 dihuni oleh 38.524 jiwa.

Wilayah ini memiliki potensi pertanian dan perkebunan yang terus berkembang, kepariwisataan dan pertambangan. Dari segi koordinasi pemerintahan, teranyar hasil Pemilihan Wali Nagari Serentak 25 Mei lalu, mengisyaratkan Rumellia mesti segera menjalin komunikasi dengan delapan wali nagari terpilih, dimana enam diantaranya muka baru selaku wali nagari terpilih.

Tantangan dalam bertugas tidak sedikit juga beragam. Dikaitkan dengan perannya selaku Ibu dari lima orang anak, populasi perempuan sebanyak 19.217 jiwa di Lareh Sago Halaban, tentu tak luput dari perhatiannya. Seperti persoalan gizi, stunting, termasuk kesehatan ibu dan anak. Naga-naganya tangan dingin Rumelia, selaku Srikandi di wilayah Selatan Limapuluh Kota untuk memberdayakan potensi wilayah dan penyelenggaraan pemerintahan akan ditunggu oleh masyarakat Lareh Sago Halaban.

Bagaimana Rumelia menjalani semua itu? Pengalaman adalah guru terbaik. Pengalaman hampir satu dekade berkiprah di pemerintahan kecamatan jadi modal berharga baginya untuk mengembangkan potensi sosial, ekonomi, wilayah dan kemasyarakatan di Kecamatan Sago Halaban. Di sisi lain, dia juga bakal meneruskan program-program yang telah berjalan dengan baik dari Drs. Efli Zein, selaku pejabat camat sebelumnya.

“Program yang telah berjalan akan dilanjutkan, sementara program yang terkendala akan diupayakan terlaksana”, ujar Rumelia.

Sadar bahwa Camat bukanlah pemain tunggal, Rumelia pun menggarisbawahi,”Kesuksesan seseorang dalam masa tugasnya tidak lepas dari dukungan dan kerjasama dengan berbagai pihak.” Dia berjanji akan mengerti mengedepankan komunikasi dan kordinasi yang baik dengan berbagai unsur di Lareh Sago Halaban. Lalu apa artinya, jabatan, kodratnya selaku perempuan dan perannya sebagai istri dan ibu bagi lima anaknya? Untuk berkiprah di masyarakat, soal gender menurutnya bukan sebuah kendala.

“Perempuan mesti percaya diri dengan kemampuannya. Galilah potensi yang ada pada diri kita masing-masing. Tetaplah berkarya dengan tidak melupakan tanggung jawab sebagai istri dan ibu bagi anak-anak kita, “ ujar Rumellia, yang juga istri dari Yon Agusra, S.Sos, M.Si, Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Limapuluh Kota.”. (FR)

Exit mobile version