Lintau,metrosumara.com.
Dentuman takbir bersahutan di bawah langit senja Lubuak Jantan, Jumat (17/10/2025). Lapangan sepak bola Kubang yang biasa menjadi arena pertandingan, sore itu menjelma menjadi samudra manusia.
Spanduk besar bertuliskan “MTQ Nasional ke-VI Kecamatan Lintau Buo Utara” berkibar gagah, menandai dimulainya helat keagamaan yang lebih dari sekadar perlombaan — ia adalah gema perlawanan terhadap krisis moral.
Di tengah derasnya arus modernisasi yang sering menenggelamkan nilai spiritual, Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) kembali berdiri sebagai lentera di tengah gelap: mengingatkan bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk dilombakan, tapi dihidupkan.
Anggota DPRD Tanah Datar dari Fraksi PAN, Nofrizal, ST, hadir langsung dalam pembukaan MTQ tersebut, dalam pidatonya yang menggugah, ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan simbol kuat bahwa masyarakat Lubuak Jantan masih menempatkan Al-Qur’an di pusat kehidupan sosial.
Kegiatan yang digelar sejak 17–19 Oktober 2025 ini diikuti 357 kafilah dari lima nagari di Kecamatan Lintau Buo Utara. Mereka berkompetisi dalam tujuh cabang, mulai dari Tilawah, Tartil, Hifzil Qur’an, Musabaqah Syarhil Qur’an (MSQ), Musabaqah Fahmil Qur’an (MFQ), Khutbah Jumat, hingga Kaligrafi Qur’an.
Ketua LPTQ Kecamatan, Luthfi, S.Pd, mengungkapkan bahwa antusiasme peserta dan masyarakat adalah bukti kuat bahwa nilai-nilai Qur’ani masih berakar dalam kehidupan Minangkabau.
Walinagari Mukhlis: “Lubuak Jantan Menolak Maksiat, Menjaga Marwah Nagari”
Sementara itu, Walinagari Lubuak Jantan Mukhlis, S.Pd, menegaskan bahwa MTQ kali ini juga menjadi momentum memperkuat komitmen sosial warga untuk menolak segala bentuk kemaksiatan dan penyimpangan moral.
Lebih dari sekadar ritual tahunan, MTQ Lubuak Jantan menjadi potret hidup falsafah “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.” Ia bukan warisan masa lalu, tapi energi sosial yang terus menyalakan semangat keislaman di ranah Minang.
Suara anak-anak muda, santri, dan pelajar yang melantunkan ayat-ayat suci menciptakan harmoni spiritual di bawah sorotan lampu panggung. Wajah-wajah mereka memancarkan semangat bukan untuk piala, tapi untuk ridha Allah.
Menutup kunjungannya, Nofrizal,ST menyerukan agar semangat MTQ tidak berhenti di panggung lomba.
Sore itu, di antara gema takbir dan suara qari yang mengalun, Lubuak Jantan seolah mengirim pesan kuat ke seluruh Tanah Datar — bahwa di tengah pusaran zaman, Al-Qur’an tetap menjadi kompas moral yang tak lekang oleh waktu.(Ef/STM).
