Kepulauan Mentawai,metrosumatra.com.
— Warga di tiga dusun, yakni Pasapuat, Punjaringan, dan Tunas Tugut, kini tengah menghadapi keresahan besar. Dalam kurun waktu hampir satu bulan terakhir, sedikitnya 21 ekor sapi milik masyarakat mati secara beruntun tanpa kejelasan penyebab pasti.
Kematian massal ini diduga kuat mulai terjadi setelah kedatangan sapi pokir (pokok pikiran dewan) yang digelontorkan ke wilayah mereka. Bukannya menjadi bantuan yang bermanfaat, justru keberadaan sapi pokir tersebut memicu malapetaka bagi warga yang sebelumnya menggantungkan hidup dari ternak mereka.
Warga Minta Vaksin, Hanya Diberi Vitamin
Erik, salah seorang warga, mengungkapkan kekecewaannya terhadap respon pemerintah daerah. Menurutnya, masyarakat telah berulang kali meminta agar tim dari Dinas Peternakan turun langsung ke lapangan dan melakukan vaksinasi untuk mencegah kematian semakin meluas. Namun, permintaan itu tak pernah benar-benar diindahkan.
“Saya sudah bicara langsung dengan kadis peternakan. Kami minta segera diturunkan tim untuk vaksin sapi warga, tapi kenyataannya yang diberikan hanya suntikan vitamin. Padahal jelas kami butuh vaksin, bukan vitamin,” tegas Erik dengan nada kecewa.
Bagi masyarakat, pemberian vitamin dianggap hanya tindakan sementara dan tidak menyelesaikan masalah. Sementara itu, ancaman kematian sapi-sapi warga terus mengintai setiap hari.
Kerugian Warga Terus Membengkak
Bagi warga di tiga dusun tersebut, sapi bukan sekadar hewan ternak, tetapi juga sumber ekonomi utama. Dengan matinya puluhan ekor sapi, kerugian warga kini mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah.
“Kalau kondisi ini terus dibiarkan, habislah semua ternak masyarakat. Mau makan apa kami nanti? Pemerintah harus bertanggung jawab, karena sejak ada sapi pokir datang, masalah ini muncul,” ujar seorang warga lainnya dengan nada geram.
Dinas Peternakan Dinilai Abai
Situasi ini semakin menimbulkan kecurigaan bahwa pemerintah daerah, khususnya Dinas Peternakan, tidak serius dalam menangani krisis yang menimpa masyarakat. Alih-alih mengambil langkah pencegahan dengan vaksinasi, mereka justru dianggap menutup mata dan hanya memberi solusi setengah hati.
Warga pun menilai ada kelalaian dan pembiaran yang berpotensi memperburuk keadaan. “Kalau pemerintah tidak bergerak cepat, bukan tidak mungkin semua sapi di dusun ini mati. Ini masalah serius, jangan main-main,” tambah Erik.
Pertanyaan Besar Tentang Sapi Pokir
Kematian sapi secara beruntun ini juga menimbulkan tanda tanya besar soal proses pengadaan dan pengawasan sapi pokir yang masuk ke masyarakat. Apakah ada standar kesehatan yang jelas sebelum sapi pokir disalurkan? Apakah ada pengawasan ketat dari dinas terkait? Atau justru bantuan sapi pokir hanya sekadar formalitas politik tanpa memikirkan dampak bagi masyarakat?
Warga kini mendesak agar pemerintah daerah, khususnya bupati dan dinas peternakan, segera bertindak tegas dan transparan. Mereka menuntut investigasi menyeluruh terkait dugaan adanya keterkaitan antara sapi pokir dengan kematian massal sapi milik masyarakat.
Harapan Warga
Meski dilanda kekecewaan mendalam, masyarakat masih berharap agar pemerintah segera mengambil langkah nyata. Mereka menuntut vaksinasi segera dilakukan, investigasi penyebab kematian sapi dipublikasikan secara terbuka, dan kerugian warga diberikan kompensasi.
“Jangan tunggu sampai semuanya mati. Kami ingin solusi, bukan janji,” pungkas Erik.(Fais)
