Lima Puluh Kota | metrosumatranews.com – Ratusan warga Sumatera Barat yang berasal dari Lima Puluh Kota, Kota Payakumbuh, Tanah Datar, dan Kabupaten Dharmasraya yang tergabung dalam kelompok Negara Islam Indonesia (NII) melakukan cabut Bai’at dan sumpah setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di Aula kantor bupati Sarilamak, Kamis (12/05).
Cabut Bai’at dan pembacaan sumpah setia NKRI jilid III, disaksikan langsung oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, Kapolda Sumbar Irjen Pol Teddy Minahasa, Perwakilan Danrem 032 Wirabraja, Kasatgaswil Densus 88 AT, Kabinda Sumbar, Pejabat Utama Polda Sumbar, Bupati Lima Puluh Kota, Forkompimda Kab. Lima Puluh Kota, Kapolres 50 Kota, Kapolres Payakumbuh, Kapolres Tanah Datar dan Kapolres Dharmasraya.
Saat pencabutan bai’at tersebut Bupati Lima Puluh Kota Safaruddin Dt. Bandaro Rajo bertekat tidak akan membiarkan bibit-bibit organisasi gelap maupun ektrimis dan teroris kembali tumbuh dan berkembang di negeri ini khususnya di Lima Puluh Kota.
“Kita telah sepakat, tidak akan ada tempat bagi mereka yang membawa ideologi anti pancasila tersebut untuk berkembang, maka dari itu jangan sampai kita termakan tipu daya dengan cara-cara mereka,” kata Bupati Liko Safaruddin Dt. Bandaro Rajo kepada media saat Acara Cabut Bai’at Massal.
“Kedepan, mari kita perangi paham-paham radikal yang akan merusak keutuhan NKRI. Dan kita telah sepakat, NKRI adalah negara kita NKRI harga mati harus kita jaga dan kita bela,” terangnya tegas.
Bupati sangat bersyukur, sebab beberapa orang yang sempat terjerumus dan terpengaruh oleh ajaran-ajaran NII tersebut, hari ini kembali kepangkuan ibu pertiwi Kesatuan Republik Indonesia. Dan semoga masyarakat yang di cabut Bai’at NII ini menjadi warga negara Indonesia yang patuh terhadap hukum NKRI.
“Untuk itu kepada masyarakat saya mengajak, untuk tidak mendiskriminasi saudara-saudara kita yang sempat terdaftar
sebagai anggota NII. Selanjutnya mereka itu adalah saudara kita dan harus tetap hidup berdampingan, maka dari itu mari kita saling beradaptasi dan bersatu kembali. Untuk sama-sama bersinergi dalam menguatkan nilai-nilai kebangsaan dan ideologi pancasila di tengah-tengah masyarakat,” ucapnya.
“Dan khususnya tokoh agama dan tokoh adat untuk senantiasa mengimbau diwirid-wirid tertentu serta juga menyampaikan kepada anak kemenakan kita, mari kita saling bekerjasama untuk membangun kebersamaan kemajuan bangsa Indonesia,” tukuknya
Sementara itu Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sumatera Barat Irjen Pol Teddy Minahasa Putra memastikan seluruh anggota Negara Islam Indonesia (NII) di daerah tersebut telah cabut bai’at dan telah mengucapkan sumpah setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Pertama-tama saya mengucapkan terimakasih dan apresiasi, penghargaan setinggi-tingginya kepada saudara kita yang terpapar aliran radikalisme NII dan menyatakan kesetiannya kepada NKRI,” kata Kapolda Sumbar Irjen Pol Teddy Minahasa Putra.
Ia mengatakan bahwa tenggat waktu yang telah diberikannya sampai dengan 20 Mei 2022 untuk pelaksanaan cabut bai’at telah terlaksana seluruhnya.
“Jumlah yang diketahui dan dirilis Mabes Polres itu ada 1125 orang, kemudian kita kembangkan menjadi 1157 orang. Jadi ada penambahan 32 orang dan semuanya telah di cabut baiat,” ungkapnya.
Pencabutan baia pertama kali dilaksanakan di Kabupaten Dharmasrayauntuk 391 orang, Kabupaten Tanah Datar 518 orang, dan di Kabupaten Limapuluh Kota 225 orang.
“Jadi totalnya sudah 1134 orang yang sudah dicabut baiat, 16 orang yang ditangkap dan 7 orang meninggal dunia. Meninggalnya bukan karena penegakan hukum,” ujarnya.
Disampaikannya bahwa anggota NII yang melaksanakan cabut baiat merupakan inisiatif sendiri tanpa ada paksaan untuk
menyatakan dirinya kembali setia kepada NKRI.
Ia mengatakan bahwa anggota NII yang telah dicabut baiatnya akan diberikan pembinaan oleh seluruh pemangku
kepentingan dan seluruh elemen bangsa.
“Tugas kita para stakeholder tidak selesai sampai disini, kita tetap memiliki tanggung jawab moral. Kita harus menjadi garda terdepan dalam mencegah dan menangkal segala bentuk paham radikal yang merongrong kesaktian pancasila dan mengganggu keutuhan NKRI,” ujarnya.
Dikesempatan itu juga Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah mengatakan bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar dan sangat kaya, sehingga banyak pihak yang ingin melemahkan negara ini dengan cara adu domba dan memecah belah sesama masyarakat Indonesia.
“Saya mengimbau kepada kita semua untuk tidak mudah diadu domba dan dipecah belah. Mari kita memperkokoh, memperkuat serta merawat negara kita ini, dan melanjutkan perjuangan para pejuang terdahulu kita dalam membangun bangsa ini,” ungkapnya.
Selanjutnya diterangkan Buya Mahyeldi, bahwa masyarakat Lima Puluh Kota ini banyak jasanya kepada NKRI. Makanya, masyarakat Sumbar ini harus menjadi garda terdepan dalam menjaga dan merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Maka dari itu jangan kita coreng jasa-jasa pahlawan kita dari Sumbar dengan paham-paham radikal yang dapat memecah belah kesatuan NKRI,” ucapnya.
Usai sambutan Gubernur Sumbar, dilanjutkan prosesi pencabutan bai’at NII oleh peserta ex. NII dengan mengucapkan ikrar setia mengakui negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dengan menyuarakan “NKRI Harga Mati, Pancasila junjung Tinggi”.
Kemudian berdasarkan keterangan dari anggota NII yang dicabut bai’atnya, Azim (19) yang merupakan warga Tanah Datar mengatakan niat awalnya hanya ingin ikut pengajian. Dan tidak taunya sudah tergabung dengan NII akibat mengikuti pengajian yang sudah dijalinya selama sebulan itu. Dan dia mengakui tidak mengetahui kalau ada tujuan (kenegaraan).
“Kalau saya tahu tentu saya tidak ikut ini. Saya baru tahu ketika ada kejadian dan kehebohan ini,” kata dia.
Ia mengatakan bahwa selama pengajian tidak ada hal yang mencurigakan dan sama dengan pengajian-pengajian biasa karena awal tujuannya ikut pengajian untuk menambah ilmu agama.
“Saat pengajian itu data saya memang diminta makanya ada nama saya,” ujarnya.
Anak muda yang bercita-cita ingin menjadi polisi itu, menyampaikan bahwa keinginannya untuk mengikuti cabut Bai’at ini adalah semata-mata untuk membersihkan namanya. Serta dia juga ingin menggapai cita-citanya untuk memerangi paham-paham seperti ini.
“Selama saya ikuti belum ada yang menjurus ke yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Pengajian biasa tentang islam, agama dan alquran. Dari yang diikuti juga belum ada yang membahas tentang kenegaraan,” ungkapnya.
Kemudian mantan Ketua Perekrutan anggota NII Ken setiawan yang juga pendiri NII krisis center menyampaikan, agar seluruh masyarakat yang hadir dalam pencabutan Bai’at NII ini menjadi warga Negara Indonesia yang baik dan jangan sampai kita menjadi korban hoax.
“Setelah selesai dari NII ini dapat berkarir bersama masyarakat lain, dan hidup normal kembali,” pungkasnya.
Jumlah warga yang mengikuti bai’at hari ini merupakan hasil penyelidikan dari Densus 88 Anti Teror Mabes Polri. Hari ini mereka sepakat dari hati yang paling dalam untuk mencabut bai’at dan kembali kepelukan ibu pertiwi. (FR)