Agam.metrosumatranews.com.
Kesuksesan dalam dakwah sebagai upaya membuat perbaikan yang dilakukan oleh para da’i dan penggerak ormas Islam berbanding lurus dengan kecerdasan sosial yang mereka miliki. Tanpa cerdas sosial, para da’i bisa frustasi dalam berdakwah yang berakibat melemah dan berhentinya aktivitas dakwah.Bahkan, kegiatan dakwah bisa menimbulkan masalah.
Menurut akademisi IAIN Bukittinggi, H.Irwandi Nashir, para da’i adalah ujian untuk orang yang diajaknya, termasuk bagi keluarganya sekalipun.
“Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wa sallam adalah ujian bagi umatnya manusia dari dulu hingga kini untuk menguji keimanan mereka. Kita dapat tadabburi surah al-Furqon ayat 20 yang menyebut bahwa Nabi dan Rasul adalah ujian bagi umatnya,” jelas Irwandi Nashir.
“Dalam konteks yang lebih luas, kita menjadi ujian bagi sebagian manusia lainnya,” terangnya saat menjadi narasumber pada Kajian Bulanan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bukittinggi, Ahad (5/6/2022), di masjid Al Huda,jorong Baruah,nagari Padang Tarok,Kabupaten Agam.
Agar sukses menghadapi ujian sosial itu, lanjut Irwandi Nashir, Al Qur’an mengajarkan prinsip-prinsip penting yang dapat diimplementasikan dalam berbagai konteks. “Prinsip-prinsip itu perlu digali,dipahami, dan diwujudkan dalam tindakan,” katanya.
Dijelaskannya, paling tidak ada tiga prinsip penting agar sukses sosial dapat diraih. Pertama, balas keburukan dengan kebaikan. “Ini prinsip penting yang butuh perjuangan mewujudkannya,” jelas Irwandi Nashir.
Menurutnya, prinsip ini ada dapat dirujuk kepada al-Qur’an seperti diabadikan dalam surah Fush-Shilat ayat 34.
“Prinsip ini dapat diwujudkan jika setiap pribadi punya kebiasan selalu bergerak secara proaktif untuk kebaikan dan selalu berorientasi pada tujuan akhir, yaitu mengajak kepada kemaslahatan,” terangnya,” jelas anggota bidang fatwa MUI Kota Payakumbuh itu.
Prinsip kedua, lanjutnya,adalah memahami sebelum dipahami. Banyak hal yang harus dipahami oleh para da’i dan pengurus Ormas Islam sebelum bisa dipahami oleh masyarakat.”Karenanya, Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa Sallam mengingatkan agar mendatangi manusia dengan cara yang mereka sukai untuk didatangi,” jelasnya.
“Strategi untuk mengenalkan terlebih dahulu sebelum memberi beban dan bertahap dalam pembebanan adalah bentuk dari memahami orang lain yang diajarkan Islam agar kita bisa dipahami oleh orang lain,” imbuhnya.
Prinsip ketiga, terangya, yang tak kalah pentingnya adalah selalu bersinergi. “Untuk sebuah kemajuan, kita mesti mampu bersinergi dengan siapa saja selama di atas jalan kebaikan dan ketaqwaan,” ungkapnya.
“Pentingnya sinergi dalam dakwah mendapat disebut secara khusus dalam al-Qur’an,tepatnya dalam surah Ash-Shaf, ayat 4,” pungkas Irwandi Nashir yang juga aktif di Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Payakumbuh itu. (Ir/Esteem)