Padang Panjang,metrosumatranews.com.
Usaha ekonomi kreatif merupakan proses peningkatan nilai tambah hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual berupa kreativitas, keahlian, dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual. Salah satunya olahan kayu bekas menjadi kerajinan tangan yang nantinya bernilai jual tinggi.
Di Padang Panjang sendiri terdapat beberapa kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi dari proses kreatifitas itu. Sebut saja Fitoria Eka Putra, Founder Rockabillywood yang sudah bertahun-tahun menggeluti kerajinan tangan berbahan kayu bekas.
Adapun jenis kerajinan tangan yang digelutinya adalah membuat alat musik tradisional, kaca mata, dan berbagai macam souvenir. Bahkan menurut penuturan mantan pemusik jalanan ini hasil karya Rockabillywood pernah dipamerkan di Bali dan Singapura dengan kerjasama Singapure Minangkabau Association.
“Tahun 2019 kita diundang pameran di Bali dan Singapura. Alhamdulillah dipameran itu kita mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Sebanyak 10 Alat Musik Tradisional laku terjual. Sementara di Bali sebanyak 60 pcs kacamata laris manis di pameran tersebut,” ungkapnya saat diwawancarai di ruang kerjanya, Balai-Balai. Sabtu (18/06).
Namun usaha yang telah digelutinya lebih kurang 16 tahun ini tidak mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Hal ini diutarakan karena selama ini, Rockabillywood sendiri tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan kewirausahan yang digelar oleh OPD-OPD yang membidangi UMKM.
“Masalahnya itu, kita tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan pengembangan usaha di kota ini. Saya secara pribadi sangat menyayangkan sikap dari dinas-dinas terkait. Harusnya usaha produktif seperti ini diberikan jalan untuk pemasarannya,” tuturnya.
Dilanjutkannya bahwa jika pemerintah memang betul-betul serius dalam mengentaskan kemiskinan di kota Padang Panjang ini, mestinya pemerintah selaku pemegang kebijakan mendorong usaha ekonomi kreatif seperti ini, mencarikan solusi alternatif untuk pemasarannya. Misalnya pengadaan souvenir untuk tamu-tamu kota dibeli kepada para pengrajin yang ada di kota ini, bukan membeli ke daerah tetangga.
“Mestinya pemerintah jeli melihat peluang untuk membangkitkan perekonomian warga seperti ini. Saya tidak berharap pemerintah memberikan bantuan modal usaha, tapi disini saya hanya berharap pemerintah mencarikan solusi untuk pemasaran dari hasil karya kami ini,” harapnya.
Lebih jauh beliau menceritakan bahwa pernah beberapa kali dinas Pariwisata mengunjungi rumah produksinya sekedar berbincang-bincang dan mengambil fhoto-fhoto saat mereka lagi bekerja.
“Pernah beberapa kali dinas pariwisata mengunjungi saya sedang bekerja. Kata mereka sebagai bahan untuk menjadikan Rockabillywood sebagai binaan mereka. Tentu saja saya menolak. Selama ini mereka tidak pernah melibatkan saya dalam pembinaan,” ungkapnya.
Diceritakannya juga bahwa terakhir kali Rockabillywood mengajukan proposal kepada Dinas koperindag. Bahkan proposal tersebut sudah melalui walikota kala itu, tapi tetap saja tidak mendapatkan tanggapan dari Dinas Koperindag Padangpanjang.
“Terakhir kali saya dan kawan-kawan mengajukan proposal untuk pengembangan usaha kepada Dinas Koperindag, saat itu kepala dinasnya masih pak Arpan, bahkan pak walikota sendiri yang menyerahkan langsung. Tetap saja tidak ada kepastian sampai detik ini,”keluhnya.(je).