Oleh ; IRWANDI NASHIR
History Enthusiast/Dosen UIN Bukittinggi
E-mail:irwandimalin@gmail.com
Neuman Vann Padang, pemilik nama asli Maur Neumann (lahir 18 April 1894) adalah seorang Belanda yang lahir dan besar di kota Padang Panjang. Ia seorang ahli geologi yang mempelajari pemantaun geologi di Delf dan mendalami teknik pertambangan di Berlin.Tahun 1924 ia memperoleh gelar doktor dan empat tahun setelah itu, Mei 1928, ia kembali ke Hindia Belanda.
Di Hindia Belanda, pemerintah Hindia Belanda mengangkatnya sebagai Kepala Survei Vulcanologi. Hasil risetnya didokumentasikan dalam buku History of Volcanology in the East Indies.Buku ini menjadi rujukan utama tentang sejarah hampir semua gunung api di Asia Tenggara. Semua sejarah gunung api di Hindia Belanda dibahas di dalam buku ini.
Tentang gunung api di kota tempat ia lahir dan dibesarkan, Gunung Marapi di Padang Panjang, sebagaimana ditulis sejarawan Universitas Islam Negeri Bukittinggi, Deddy Asra, dalam bukunya Merengkuh Djaman Kemadjoean (2022), Neumann mencatat bahwa pada 9 April 1930 terlihat lava pada rekahan di dasar kawahnya.Sebulan kemudian, Mei 1930, gunung Marapi meletus. Pada 19 Juni 1932, dalam catatan Neumann, Marapi erupsi beberapa kali.Tiga bulan kemudian, 2 September 1932,Marapi menyemburkan abu dan pasir yang disusul letusan yang lebih besar.
Penelitian gunung Marapi yang dibuat Neumann, tulis Deddy Asra, bagai pameran berjalan untuk sekelompok bumiputra. Setiap kali rombongan peneliti pimpinan Neumann melewati kampung demi kampung selalu disambut hangat oleh warga kampung. Alat-alat canggih yang dibawa Neumann dan timnya benar-benar benda baru yang tak pernah ada sebelumnya di alam pikir kaum bumiputra.
Saat menulis refleksi sejarah ini, awal 2023,Gunung Marapi mengalami erupsi pada pukul 6.11 WIB (7/1/2023). Sejak letusan terakhirnya 4 Juni 2017 lalu, gunung Marapi “istirahat” dari erupsi. Usai 5 tahun berlalu, gunung Marapi kembali meletus.
Sejak Januari 2022, aktivitas vulkanik Marapi Sumbar cederung fluktuatif.Bahkan, sejak Agustus 2011 Marapi berstatus waspada atau level 2. Dengan status waspada itu, masyarakat diimbau tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 km dari kawah dan puncak.
Di atas semua itu, kita sikapi fenomena gunung Marapi dengan perspektif ilmiah dan Ilahiah. Sikap ilmiah menghindarkan kita dari “kaba bagalau” atau hoax mengenai letusan gunung Marapi.
Sikap ini disempurnakan dengan pandangan Ilahiah, yaitu berserah diri kepada Allah Ta’ala, Pengatur dan Pemilik gunung Marapi itu. “Dan kamu lihat gunung-gunung itu,kamu sangka ia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagaimana jalannya awan. Begitulah perbuatan Allah yang membuat kokoh tiap-tiap sesuatu.Sesungguhnya,Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qur’an Surah An Naml ayat 88).