Payakumbuh, metrosumatranews.com— Pandemi Covid 19 Sampai saat ini masih belum berakhir. Kewaspadaan pada wabah yang semula hanya mendatangkan dampak berupa krisis di bidang kesehatan, kini bergeser menjadi multikrisis, termasuk menyasar kehidupan sosial dan ekonomi.
Di sisi lain COVID-19 memang memiliki potensi untuk merusak banyak pencapaian yang didapat dalam kelangsungan hidup anak, kesehatan, nutrisi, dan pembangunan selama satu tahun terakhir.
Pemerintah Kota Payakumbuh telah menerapkan beberapa langkah dalam penanganan Covid 19 termasuk di dalamnya bidang sosial,ekonomi dan kesehatan.
Namun, tanggap darurat terhadap COVID-19 yang mendesak kerap kali mengalihkan perhatian kita dari persoalan yang tak kalah penting, termasuk ketika ada program gizi yang terganggu atau ditangguhkan, seperti juga untuk program masyarakat untuk deteksi dini dan perawatan anak-anak yang kurang gizi (Stunting).
Bunda Paud Kota Payakumbuh Ny.Henny Riza Falepi dan OPD terkait khususnya Puskesmas telah berkoordinasi serta menekankan kepada orang tua untuk semakin memperhatikan kebutuhan gizi anak khususnya Balita pada saat pandemi COVID-19.
“Pemenuhan gizi anak harus tetap diperhatikan untuk menjaga imunitas anak agar terhindar dari infeksi virus COVID-19, Di Puskesmas kami juga sudah koordinasi dan makanan penunjang seperti biskuit,bubur, dan lainnya agar selalu di stok dan dibagikan kepada masyarakat yang membawa balita sewaktu cek kesehatan ke puskesmas” ujar Henny saat diwawancarai tim Humas via telpon, Selasa(12/1/2021).
Ia menambahkan imunitas tubuh erat kaitannya dengan cukup atau tidaknya asupan makan anak, yang akan berpengaruh langsung terhadap status gizi dan imunitasnya.
“Dengan asupan makan yang cukup, baik jumlah, jenis, dan frekuensinya, maka imunitas akan terjaga sehingga anak mampu menangkal penyakit infeksi, atau setidaknya bila telanjur terinfeksi maka dapat cepat sembuh kembali,” ujar Henny.
Menurut dia, anak yang tertular COVID-19 akan menjadi lebih berisiko, ketika anak memiliki penyakit penyerta. Dengan demikian mempertahankan status gizi anak jangan sampai turun bagi yang normal, dan memperbaiki status gizi pada anak-anak gizi kurang dan buruk menjadi sangat penting, katanya.
Henny pun menyadari bahwa keterbatasan penghasilan orang tua dapat memberikan efek domino yang menyebabkan penurunan daya beli. COVID-19 yang pada perkembangannya menyertakan dampak berupa krisis ekonomi adalah ancaman tambahan bagi kesehatan anak dengan potensi gizi buruk dan stunting dimana-mana.
“Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antarsemua komponen untuk saling bantu, termasuk dalam upaya menjaga pemenuhan gizi anak di masa pandemi, ” Pungkas Henny (Rel/FR)