Bandung,metrosumatra.com.
Heru pemandu Wartawan Tanah Datar dari Bandara Sukarno Hatta ke Kota Bandung tempat penginapan, banyak sejarah dan cerita yang disampaikan Heru, Selasa (29/10/2024) diatas Bus yang ditumpangi Wartawan.
Memasuki Kota Bandung Heru ceritakan sejarah singkat Gedung Sate sebuah ikon bersejarah yang menjulang gagah di tengah kota Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
Kata Heru, dengan arsitektur yang memukau dan nilai sejarah yang mendalam, Gedung Sate telah menjadi landmark yang tak tergantikan, mencerminkan perjalanan panjang Indonesia dari masa kolonial hingga masa kini.
Pembangunan Gedung Sate dimulai pada tahun 1920 oleh pemerintahan Hindia Belanda dan selesai pada tahun 1924. Bangunan ini didesain oleh arsitek Belanda, J. Gerber, yang menggabungkan elemen-elemen gaya arsitektur Neoklasik dengan sentuhan Art Deco yang terasa modern pada saat itu.
Salah satu ciri paling mencolok dari Gedung Sate adalah menaranya yang khas, dikenal dengan sebutan “turret.” Menara ini memiliki enam puncak melengkung yang menyerupai tusuk sate, menginspirasi nama ikonik Gedung Sate.
Ornamen-ornamen artistik, pilaster-pilaster, dan lengkungan-lengkungan yang menghiasi bangunan ini menunjukkan perpaduan harmonis antara keanggunan klasik dan inovasi desain masa modern.
Sebut Heru, awalnya, Gedung Sate digunakan sebagai pusat administrasi pemerintahan Hindia Belanda dengan nama “Gouvernements Bedrijven,” yang berarti “Kantor Pemerintahan Daerah.”
Namun, setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Gedung Sate tetap berfungsi sebagai pusat administrasi pemerintahan, kali ini di bawah naungan Republik Indonesia.
Legenda terkenal yang berkembang mengenai biaya pembangunan Gedung Sate sebesar 6.666.666 gulden mungkin lebih merupakan cerita rakyat atau lelucon, tetapi hal ini hanya menambah daya tarik dan aura misteri dari bangunan yang megah ini.(STM).