Oleh : Irwandi Nashir Direktur Indonesia Da’wah Studies Institute (IDSI)
Bacaan yang dibaca seseorang sejak kanak-kanak akan diketahui pengaruhnya paling lambat dua puluh tahun kedepan.Jadi, seperti apa profil diri seseorang baik kepribadian maupun cara berfikirnya ketika ia berusia 27 tahun sesungguhnya dipengaruhi oleh apa yang dibacanya secara terus menerus sejak ia berusia 7 tahun.
Temuan ini, menurut akademisi IAIN Bukittinggi, Buya H.Irwandi Nashir, adalah riset yang pernah dirilis Oxford University, Inggris. Riset itu berawal dari penyelidikan terhadap negara-negara maju yang bangkit dari keterpurukan.
Dijelaskannya, ternyata, negara-negara yang pernah hancur itu hanya butuh waktu sekitar dua puluh tahun untuk mengejar ketertinggalannya.
“Jepang yang hancur karena bom pada 1945, dua puluh tahun kemudian tepatnya pada 1964 menjadi salah satu negara dengan GNP (Gross National Product) terbesar yang sejajar dengan Amerika Serikat dan Uni Soviet”, ungkap penggiat dakwah dan literasi dari Sumatera Barat ini.
Menurut Irwandi Nashir yang juga Direktur Indonesia Da’wah Studies Institute (IDSI) itu, jangka waktu dua puluh tahun itu mengingatkan kita pada lamanya al-Qur’an diturunkan kepada nabi Muhammad Shalallaahu ‘alaihissalam yang memakan waktu sekira 22 tahun lebih.” Ternyata ada isyarat dibalik masa dua puluh dua tahun itu,” ujarnya.
Fakta ini, menurut Irwandi Nashir, mesti disikapi dengan terus menumbuh kembangkan minat anak untuk membaca dari dini. Menurutnya, cara yang paling efektif adalah dengan keteladanan dan mengondisikan anak agar punya motivasi tinggi untuk membaca. Era digital saat ini juga mesti dimanfaatkan semaksimalnya untuk mengatrol minat baca anak.
“Orang tua dan guru diharapkan tak sekedar menghimbau anak agar rajin membaca, tapi berusahalah untuk memberi keteladanan. Di rumah, sekolah, tempat rekreasi bahkan di tempat ibadah mesti ada suasana dan fasilitas ruang baca yang nyaman dan membangkitkan selera membaca anak-anak”, saran Irwandi Nashir.(***)