Agama  

Digedung Nasional Batusangkar, Ustadz Dr.H.Irwandi Nashir Sampaikan Hikmah Hijrah untuk Hidup Bahagia

Batusangkar,metrosumatranews.com.

Ada dua pesan penting dalam peristiwa hijrah Rasulullah saw pada tahun 622 M itu yang berguna untuk membebaskan hati dari belenggu yang membuat hidup tak bahagia

Pesan pertama, berikhtiar dan i’tishom billaah atau menggantungkan hati hanya pada Allah Ta’ala. Kebahagian hakiki akan sirna ketika ada bergantung selain pada Allah Ta’ala.


Sebenarnya jika Allah Ta’ala berkehendak, Rasulullah SAW bisa saja hijrah ke Madinah dalam sekejap mata tanpa harus bersusah payah. “Tapi, adanya perjuangan Rasulullah sejak keluar rumah, bersembunyi di gua Tsur hingga lika-liku berdakwah di Madinah mengajarkan kepada kita bahwa untuk meraih kejayaan itu perlu ada ikhtiar yang dilandasi dengan menggantungkan hati pada Allah Ta’ala.

Itulah yang dijelaskan Ustadz Dr. H.Irwandi Nashir saat menyampaikan Tablih Akbar BKMT putaran ke 603 Se-Kabupaten Tanah Datar, Senin 24/7/2023, di gedung nasional Maharajo Dirajo, Batusangkar, yang dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Tanah Datar dan segenap unsur Forkopimda Tanah Datar.


Dikatakannya, melalui peristiwa hijrah Rasulullah saw kita dipaparkan dengan kuatnya ketergantungan hati Rasulullah pada Allah Ta’ala ketika rumah beliau dikepung, saat beliau berada dalam gua Tsur hingga terus dikejar untuk dibunuh.


Perintah untuk menggantungkan hati kepada Allah Ta’ala, jelasnya, disebut dalam surah al-Hajj: 78. “I’tishom billah adalah bentuk kecerdasan hati yang harus dilatihkan pada anak sejak dini,” ujar Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Payakumbuh itu.


Pesan kedua, ungkapnya, adalah bebaskan hati dari belenggu kekikiran. Dalam peristiwa hijrah Rasulullah, kita disajikan dengan fakta mencenggangkan tentang kedermawanan kaum Anshar dalam menolong kaum Muhajiran di Madinah.


Dalam surah al-Hasyr: ayat 9 tentang kebeningan hati kaum Anshar yang ditandai dengan kecintaan mereka pada kaum Muhajirin tanpa ada rasa iri dan keegoaan untuk mementingkan diri sendiri. “Semua itu dapat diwujudkan jika hati bebas dari belenggu kekikiran,” tegas dosen UIN Bukittinggi itu.(STM).

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *