Dulu Berburu di Tanah Datar Tertib dan Teratur

Batusangkar,metrosumatranews.com.

Olah raga Berburu babi semakin banyak peminatnya sehingga setiap pelaksanaan berburu itu sering terjadi kemacetan lalulintas memerlukan kesabaran dan tertib dalam mengendara.

Setiap hari Minggu hampir seluh Kabupaten Kota melaksakan buruan ada yang sengaja dibuka untuk  tingkat Provinsi dan ada pula hanya bersifat lokal tetap saja penuh sesak oleh penghobi dari berbagai daerah.

Berbeda dengan pecandu Mancing layang layang, pacu kuda atau Pacu Jawi termasuk adu layang layang bersifat tetap dan banyak penonton dari masyarakat lain.

Beda dengan berburu babi penontonnya hanya para pemburu itu sendiri dan itu berjalan dan berpindah pindah dari satu bukit ke bukit yang lain.

Sejak bebera bulan belakangan ini sangat dirasakan berburu tidak tertib dan boleh dibilang sudah hilang tatakrama dan banyak para penghobi buru tidak tunduk pada aturan Sipangka atau panitia lagi.

Sangat disayangkan olahraga ini adalah olah raga tua dan dari dulunya nenek moyang orang Minang sudah ber buru, namun tidak seperti sekarang kata sejumlah pemburu kepada Wartawan media ini minggu lalu.

Lanjut kata Marwan dan kawan-kawan, Dulu berburu di Tanah Datar iniĀ  Tertib dan Teratur punya ketua Kabupaten sampai Ketua Kecamatan dan Ketua Nagari yang kompak dan saling menghargai satu Nagari dengan Nagari lain.

Sudah menjadi kebiasaan untuk menentukan lokasi buru berikutnya Para Ketua Nagari yang bersepakat dulu sehingga tidak ada yang saling berebut.Penetapan itu hanya waktu Makan siang di Paunan atau Karan istilah tempat makan siang.

Selain itu ada aturan dimana Buru dimulai dimana makan siang dan dimana buruan berakhir tidak pernah dilanggar dan dirusak oleh tamu yang datang Sekarang adap sopan santun seperti itu tidak ada lagi sering para tamu melanggar dengan berbagai alasan sehingga tidak banyak babi yang mati bahkan sering tidak bukak anjing sama sekali.

Istilah buru antu atau yang punya hobi marenten paling sering membuat buruan tidak bisa diatur sipangka karena bagiereka tidak perlu ada tukang tapak atau ada bababi atau tidak yang penting anjing dibukak berkelompok dan sering pula terjadi anjing pemburu saling serang sesamanya bacakak banyak yang kadang kala timbul gadung antara pemiliknya.

Buruan Tanah Datar sangat beda dengan buruan ditempat lain seperti Pariaman, Padang, Pasisia atau  Pasaman masih tunduk pada etika buru zaman dulu kalau yang melanggar dipermalukan oleh sipangka atau dikucilkan seperti halnya buru babi di Kayu Tanam maka orang tidak berani melanggar aturan sipangka.( M/STM)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *