Ketua TPPKK Tanah Datar Ny. Lise Eka Putra Ikuti Webinar Kesehatan

Batusangkar,metrosumatranews.com.
Ketua TPPKK Tanah Datar Ny. Lise Eka Putra disela-sela Webinar menyampaikan jika peran tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat penting sebagai champion dalam hal deteksi dini kanker ini karena bisa mempengaruhi orang lain, mengendalikan masyarakat, mampu menyelesaikan persoalan, disegani dan juga mengayomi.

Terkait TPPKK sebagai mitra pemerintah disampaikan Ny. Lise Eka Putra dalam 10 program pokok PKK pokja empat yaitu program kesehatan TPPKK dan kader bersama Dinas Kesehatan juga terus melakukan pembinaan kepada masyarakat tentang Inspeksi Visual Asam Asetat atau IVA Test yang merupakan metode pendeteksian dini kanker serviks.

Ny. Lise juga mengajak TPPKK hingga nagari serta kader menjadi agent bagi masyarakat betapa pentingnya menjaga kesehatan, karena kanker payudara dan kanker serviks atau leher rahim merupakan yang paling banyak terjadi di Indonesia. “Mari kita turut sukseskan program IVA Test mulai Ibu-ibu TPPKK jorong, nagari, kecamatan hingga kabupaten,”ucapnya.

Ny. Lise juga menyebut dalam upaya melibatkan toga dan tomas, TPPKK Tanah Datar juga melakukan kegiatan keagamaan seperti safari ramadhan kesetiap kecamatan yang ada di Tanah Datar, hal ini selain untuk meningkatkan ukhuah Islamiyah juga untuk menyampaikan program-program PKK kepada masyarakat.

dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ketika Webinar Peran Serta Tokoh Masyarakat (Toma) dan Tokoh Agama (Toga) Sebagai Champion Deteksi Dini Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim Regional Barat, Selasa (24/08/2021).

Diperkirakan 44 perempuan diantara 100 ribu penduduk saat ini sudah mengalami kanker payudara, sedangkan untuk kanker leher rahim sekitar 24,4 jiwa per 100 ribu penduduk.

Sebagaimana Sumatera Barat- Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim merupakan dua penyakit terbanyak yang diderita perempuan di Indonesia.

Menurut dr. Cut Putri kanker payudara dan kanker leher rahim ini sangat mungkin untuk dideteksi sejak dini dengan fasilitas kesehatan, mulai dari bidan, sementara ada kanker-kanker lain harus dideteksi dengan teknologi canggih dan dokter tertentu di rumah sakit.

“Untuk mengatasi akibat yang fatal maka sebaiknya ini rutin dilakukan pemeriksaan setidaknya sekali dalam 3 tahun terutama bagi wanita yang memiliki riwayat hubungan seksual, dan ini juga untuk mempermudah mendeteksi, dan jika lebih awal ditemukan makan akan semakin mudah untuk diobati,”ucapnya.

Kepala BKKBN Pusat Dr.(H.C) dr. Hasto Wardoyo, SpOG (K) mengatakan perempuan harus produktif jadi pengetahuan tentang kanker payudara dan kanker leher rahim itu penting apalagi saat menghadapi bonus demografi.

Menurut Hasto disini pentingnya peran Tomas dan Toga karena pembelajaran terkait alat reproduksi itu sangat penting bagi generasi muda karena sex education itu hanya male-female bukan masalah bagaimana hubungan suami-isteri namun bagaimana upaya mencegah pernikahan usia dini yang bisa berakibat kanker, namun pengetahuan itu saat ini masih tabu.

Dr. M. Subuh, MPPM Ketua Umum Asosiasi Dinas Kesehatan (Dinkes) mengatakan jika Dinas Kesehatan harus punya kebijakan yang sifatnya bisa melakukan urusan-urusan yang sifatnya tematik, disamping pengendalian dan pencegahan kanker sudah masuk RPJM Nasional, dan sudah seharusnya ini juga sudah masuk RPJMD.

Dikatakan M. Subuh jika peran Dinkes bersama-sama unsur masyarakat bisa melakukan rekasaya sosial melalui penguatan leadership sektor kesehatan yang sudah ada ditengah masyarakat, seperti peran tokoh agama, tokoh adat, PKK, lembaga swadaya masyarakat dan lainnya.

M. Subuh menyebut jika Indonesia memiliki sistim pelayanan kesehatan terbaik di dunia, karena adanya Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), siapa penggeraknya toga dan toma, PKK yang ada dimasyarakat, bahkan ada rujukan yang berbasis komunitas, jadi kader yang digerakkan toga dan toma bisa merujuk ke pustu atau puskesmas jadi itu sangat luar biasa sekali.

“Ada indikator jika mesin sosial itu berjalan, sebenarnya itu sederhana, pertama tidak ada lagi hoaks di masyarakat yang mengatakan serviks itu penyakit besar pemeriksaannya tabu dan lain-lain, kedua tidak ada kepanikan di masyarakat, dan ketiga masyarakat mengindahkan apa yang dikatakan pemerintah, toga dan toma,”ujarnya. (I/STM)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *