Payakumbuh,metrosumatranews.com.
Buta huruf al-Qur’an masih menjadi persoalan serius keluarga muslim Indonesia.Data yang dirilis Institut Ilmu Qur’an (IIQ) Jakarta menyatakan bahwa pada 2022 sebanyak 3.111 orang muslim sebagai sampel yang tersebar di 25 provinsi,72,25% diantaranya tidak mampu membaca al-Qur’an.
Sebelumnya, data Dewan Masjid Indonesia menyebut,pada 2019 sebanyak 65% dari 223 juta muslim di Indonesia tak mampu membaca Al-Qur’an. Pada 2018, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis bahwa 53,57 % muslim Indonesia awam dengan baca tulis Qur’an.
“Data tentang fenomena butuh huruf Al-Qur’an di Indonesia itu sangat mengkhawatirkan,” sebut ketua terpilih Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Payakumbuh, H.Irwandi Nashir,saat menyampaikan Ceramah Pencerahan pada acara Khatam Al-Qur’an dan Syahadah Tahfidz Angkatan 1,SMP Plus Muhammadiyah Payakumbuh, Sabtu,11/3/2023, di sekolah itu.
Dikatakannya, umat Islam mesti memiliki kesadaran spritual yang kuat bahwa mereka adalah pewaris sah Al-Qur’a ini. “Al-Qur’an telah diwariskan Allah Ta’ala kepada hamba-hamba yang dipilihnya.Kita adalah hamba yang dipilih Allah Ta’ala untuk mewarisi Al-Qur’an ini,” ungkapnya.
Dijelaskan oleh dosen UIN Bukittinggi ini, jika ditadabburi surah Fathir ayat 32,kita memahami bahwa Allah Ta’ala menglasifikasikan orang-orang yang mewarisi Al-Qur’an pada tiga golongan.
Dimana, pertama orang-orang yang zhalim.Mereka bagaikan orang yang berjalan di malam kelam tanpa ada penerang,sementara suluh ditangannya dibuang.
Lalu, Kedua,orang yang paham isi al-Qur’an,tapi saat yang sama masih melakukan tindakkan yang melanggar ajaran Al-Qur’an.
Selanjutnya, ketiga, orang yang mengerti al-Qur’an, mengajarkannya mendakwahkannya. Capaian atas kualifikasi yang ketiga ini adalah karunia yang besar dari Allah Ta’ala.
Ditambahkannya, acara khatam al-Qur’an dan syahadah tahfidz seperti yang digelar SMP Plus Muhammadiyah Payakumbuh ini mesti terus dirawat sebagi sarana memotivasi peserta didik untuk belajar Al-Qur’an.(STM).