Agama  

Da’i Jangan Rabun Membaca, Lumpuh Menulis

Batusangkar, metrosumatranews.com
Seorang da’i jangan menjadi orang yang rabun membaca membaca, lumpuh menulis. Rabun membaca adalah istilah untuk orang yang rendah minat bacanya dan minim wawasan dalam keterampilan membaca. Sedangkan lumpuh menulis ungkapan untuk ketidak mampuan menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.
 
Itulah yang dikatakan Direktur Pusat Studi  Dakwah Transformatif Indonesia (Indonesia Transformative Da’wah Centre) juga dosen IAIN Bukittinggi Buya H.Irwandi Nashir kepada metrosumatranews.com Kamis (05/08/2021) via WA pribadinya.

Sebagaimana menurut nya, para da’i  sebagai garda terdepan dalam mengedukasi ummat wajib terus menambah pengetahuan melalui keterampilan membaca yang mendalam dan bahan bacaan berkualitas tinggi, selain itu keterampilan dakwah bil qolam dengan menulis artikel dan buku juga mesti dikuasai dan dibiasakan oleh para da’i.
  
Sementara itu, trainer nasional dari Head Institute Indonesia, Buya Dr. Yunhendri Danhas, mengatakan gemar membaca dan piawai menulis bagi da’i mesti menjadi sebuah gerakan massal yang nantinya membudaya.

“Ditengah banjir informasi dan sumber bacaan di era digital ini, para da’i wajib pandai mengkritisi membandingkan,  menyimpulkan dan menyebarkan gagasannya melalui tulisan”, ujar penggiat dakwah yang memperoleh sertifikat trainer di New Jersey, Amerika Serikat itu.
  
“Tanpa cerdas membaca dan terampil menulis, maka materi dakwah yang disampaikan kepada ummat kadang meninggalkan membosankan karean tidak ditemukan sesuatu yang baru dan menggugah”, lanjut  Buya Irwandi Nashir.
 
Bagi Ustadz Efendi Mukhtar, menulis buku bagi seorang da’i adalah dakwah yang bertahan lama. Menurut da’i asal Kota Payakumbuh ini yang baru saja meluncurkan bukunya berjudul “Ngaji Tauhid”, dengan menuliskan pesan dakwah melalui buku dan disebarluaskan,  maka para kompetensi da’i akan teruji. “Buku yang dibaca itu pasti akan ada respon baik dalam bentuk apresiasi maupun kritikan. Nah, disinilah diuji keilmuan seorang da’i itu,” ungkap pendidikan di Yayasan Pendidikan Islam Raudhatul Jannah itu.
 
Sementara itu, melalui pusat studi yang didirikannya, Irwandi Nashir dan Yunhendri Danhas,  turun ke lapangan untuk memberikan motivasi dan edukasi terutama kepada para da’i dan guru agar menjadikan literasi dalam membaca dan menulis sebuah budaya yang terus dibiasakan, bukan sesuatu yang masih dijadikan momok. (Esteem)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *