Budaya  

Semua Tiang Pada Museum Istano Basa Pagaruyung Punya Mamfaat dan Makna

Oleh : Masriwal STM

Di Museum Istano basa Pagaruyung Tanah Datar pengunjung akan terkagum-kagum melihat setelah berada diatas rumah gadang tersebut, karena melihat banyaknya tiang atau tonggak dan semua orang ingin tahu apa dibalik banyaknya tiang tersebut.

Sebagaimana ada namanya Tiang tepi adalah tiang yang letaknya pada bahagian depan, sejajar dengan dinding rumah gadang bahagian depan dan  setiap orang yang akan masuk ke rumah gadang akan melihat tiang-tiang ini yang letaknya sejajar dengan dinding, seolah-olah dialah yang terlebih dahulu.

Menegur tamu yang datang  maka dikatakan, tiang tapi panagua alek ( tiang tepi penegur helat atau orang yang datang).  Reka tiang tapi segi delapan, maksudnya tiang ini tidak dibuat bulat tetapi segi delapan.  Tiang tepi  berdirinya condong ke depan, hal ini bertolak belakang dengan tiang dapur yang berdiri condong ke belakang. 

Bentuk yang condong ini menjadikan arsitektur rumah gadang lebih membesar ke atas di bandingkan dengan ruang paling bawah yang  terletak pada bahagian bawah yang berhubungan lansung dengan pondasi.

Dalam pepatah dikatakan; Tiang tapi tiang di muko, tiang randah sagi salapan, tagak di muko jolong naiak, pambimbiang dindiang di tapi, pangapik tikok maninjau, maninjau alek jo jamu. Elok ririknyo basusun nyato, rabah jo condong alua patuik, condong nan tidak mambaok rabah, sandaran kato dalam barih, barih sacoreng rang dahulu, sanitiak batuka tidak, sabarih bapantang lupo.(Tiang tepi tiang di depan, tiang rendah segi delapan, tegak di depan baru naik, pembimbing dinding di tepi, pengapit tingkap meninjau, meninjau helat dengan jamuan.  Elok barisnya bersusun nyata, rebah dengan condong alur patut, condong yang tidak mambawa rebah, sandaran kata dalam baris, baris secoreng orang dahulu, setitik bertukar tidak, sebaris berpantang lupa). 

Dari pepatah tersebut yang dapat disimpulkan ialah bahwa yang menjadi ciri dari   arsitektur tradisional rumah gadang adalah bentuknya yang membesar ke atas disebabkan tiang-tiang disusun sedemikian rupa, condong ke depan dan ke samping, condong ke ujung dan ke pangkal, hal ini jelas menjadikan konstruksi rumah gadang lebih besar ke atas dari ke bawah. Pepatah ini juga mengingatkan  jangan sampai yang membuat rumah gadang di masa yang akan datang menghilangkan konsep yang menjadi ciri  rumah gadang (setitik bertukar tidak, sebaris berpantang lupa).

Karena letak tiang tepi, sejajar dengan dinding tepi, yang letaknya paling depan dari  rumah gadang, maka apabila tamu datang yang terlihat terlebih dahulu adalah tiang tepi. Hal ini sebagai  lambang bahwa pemiliknya menerima tamu dengan hati yang terbuka. dalam pepatah dikatakan; Panyambuang alek nan datang, panyonsong limbago tibo, indak nan sunyi patang pagi, alek naiak pangka mananti, tiang tapi siriah pinangnyo, muluik manih kucindan murah, rupo baiak baso katuju, banamo limpapeh rumah nan gadang, warih nan turun dari mamak, barih nan datang dari niniak, pakaian alam Minangkabau.

Sungguahpun tiang nan disabuik-adaik limbago tampaik diam. Tiang tapi panagua alek, elok buruak pantang disabuik, barek ringan baban dibao, putuih barih dibalabeh, putuih adaik dibalai rung. (Penyambung helet yang datang, penyonsong lembaga yang tiba, tiada  sunyi petang pagi, helat naik pangkal menanti, tiang tepi sirih pinangnya, mulut manis kucindan murah, rupa baik bahasa disuka, bernama limpapeh rumah nan gadang, waris yang turun dari mamak, baris yang datang dari nenek, pakaian alam Minangkabau. Sungguhpun tiang yang disebut, adat lembaga yang dimaksud. Tiang tepi penegur helat, elok buruk pantang disebut, berat ringan beban dibawa, putus barih di belebas, putus adat di balai rung).

Tiang tepi sebagai lambang keterbukaan menerima tamu, menghormati tamu yang datang merupakan falsafah yang harus ditauladani, menerima tamu yang datang dengan suka cita dan hati yang senang.  Sekalipun tamu yang datang kurang menyenangkan  diterima dengan baik dan jangan diperbincangkan segala keburukan tersebut dikemudian hari. Suka cita menerima tamu yang datang merupakan lambang etika dan estetika. Tiang tapi siriah

Lalu ada Tiang temban tiang  yang terletak disudut bahagian depan menuju ke anjuang pada rumah  gadang Koto Piliang, tiang ini kurang memberi kesan kurang tampak, terlihat separti orang yang sedang menanti sesuai dengan pemberian namanya iaitu tiang temban suko mananti.

Dalam pepatah dikatakan: Tiang manjulak jo manjulai, panemban tiang nan panjang, pangapik tiang nan tuo, pangapik tiang di tapi, condong bak cando kamahimpok. Sangkutan aguang rasuak jauari, kaik mangaik nak jan tangga, barih di tangah baaturan. Sambuik manyambuik turak jo turang, paran tinggi maracak punco, pautan kasau nan lantiak, lantiak jolangkuang baaturan, ukua jo jangko mambatasi, alua jo patuik manyudahi, tiliak jo tuju tukang nan utuih.

Disabuik Cati Bilang Pandai baitu barihnyo tiang temban (Tiang menjulak dengan  menjulai, penemban tiang yang panjang, pengapit tiang yang tua, pengapit tiang di tepi, condong separti akan menghimpit. Sangkutan agung tiang jauari, kait mengait supaya jangan lepas, baris di tengah beraturan. Sambut menyambut turak dengan turang, paran tinggi meracak punca, pautan kasau yang lentik, lentik dengan lengkung beraturan, ukur dengan jangka membatasi, alur dengan patut manyudahi, tilik dengan tuju tukang yang ahli, disebut Ceti Bilang Pandai, demikianlah  susunannya tiang temban).

Dari pepatah di atas disimpulkan bahwa tiang temban adalah lambang persatuan, maknanya tiang temban merupakan tiang yang mempersatukan antara satu konstruksi dengan konstrusi lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang kuat dan saling mengikat. Tiang temban juga lambang kesabaran (tiang temban suko mananti), hal ini diibaratkan dengan seorang pemimpin adat yang mempersatukan anak kemanakannya, membimbing anak kemanakannya agar saling sokong-menyokong dalam mempertahankan kehidupan bersama sebagai orang yang satu payung adat (satu saku),

Karenanya diharapkan bersifat sabar dan bijaksana.  Sifat ini juga yang diharapkan dari seorang penghulu sebagai pimpinan anak kemanakannya. Misalnya dalam upacara tanpa  persatuan upacara tidak dapat dilaksanakan,  satu  orang sahaja dari anggota kaum tidak setuju upacara tidak boleh dilansungkan.  Untuk melansungkan upacara  harus mendapat sokongan moral dan material dari semua anggota kaum  yang dilaksanakan secara bergotong royong.

Juga ada namanya Tiang dalam adalah tiang yang letaknya di balik dinding yang membatasi antara ruang tengah dengan bilik, sehingga tidak terlihat dari luar separti puteri berkurung sesuai dengan nama yang diberikan iaitu tiang dalam puti bakuruang.  Dalam pepatatah dikatakan; Tiang dalam puti bakuruang, tiang tapi jo limpapeh, pananti gadih jolong gadang, manunggu sutan Rangkayo Mulia, condong rabah ka bulakang, ditahan rasuak sangkutan aguang, dinanti dek tiang dapua, tiang salek dindiangnyo samia. Biliak bakarang jo aturan.

Biliak dalam puti bakuruang, rago mananti kutikonyo, sangkutan cindai panjang tujuah, ampaian suto biludu gandum, susunan banta sarugo, kalambu suto batanti, pandindiang tabia ragam rupo, baitu tuahnyo tiang biliak (Tiang dalam puti berkurung, tiang tepi dengan limpapeh, penanti gadis  yang baru besar, menunggu sutan Rangkayo Mulia, condong rebah ke belakang, ditahan rasuk sangkutan gong, dinanti oleh tiang dapur, tiang salek dindingnya samia. Bilik dikarang dengan aturan, bilik dalam puteri berkurung, ketika menanti waktunya tiba, sangkutan cindai panjang tujuh, hampaian sutera baldu halus, susunan bantal sorga, kelambu sutera bersulam, pendinding tabir ragam rupa, begitu tuahnya tiang bilik).

Tiang dalam lambang adat perkawinan mengikut alur garis ibu (matrilineal). Mengikut adat yang berlaku pada masyarakat Minangkabau, bahwa seorang lelaki setelah berkahwin akan tinggal di rumah isterinya, bukan di rumah orah tuanya. Tiang dalam diibaratkan  separti gadis (limpapeh)  yang menunggu jodohnya (manunggu sutan Rangkayo Mulia).

Apabila telah terjadi pinang meminang maka, semua anggota kaum ikut senang. Penghulu sebagai ninik mamak akan menyiapkan segala keperluan anak kemanakan sesuai dengan adat istiadat yang berlaku. Tiang dalam juga merupakan lambang  batas nilai-nilai adat mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. 

Dinding yang membatasi tiang dalam dengan ruang tengah, dalam upacara adat ditutup dengan tabir berupa kain  warna-warni yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan manik-manik.  Dalam upacara batagak penghulu tiang dalam merupakan penyangga dinding bilik sebagai pembatas ruang dengan bilik dan sepanjang dinding ini disangkutkan kain tirai pembatas bilik dengan bandua dalam (pandindiang tabia ragam rupo, baitu tuahnyo tiang biliak), hal ini  sebagai lambang batas nilai-nilai yang boleh dilaksanakan dan yang tidak boleh dilaksanakan.

SelanjutnyaTiang panjang simajolelo adalah deretan  tiang-tiang yang letaknya paling tengah lanjar. Diantara tiang panjang  terdapat salah satunya tiang tua (tonggok tuo), semua tiang ini ukurannya lebih panjang dari tiang yang lain. Tiang ini dinamakan juga dengan manti salapan karena tiang panjang merupakan penghubung dari satu konstuksi dengan konstuksi lainnya dan pada rumah gadang  sembilan ruang jumlahnya delapan (salapan) bagi rumah gadang tujuh ruang atau lima ruang jelas jumlah tiang panjang akan berkurang, namun tetap disebut manti salapan

Dalam pepatah dikatakan; Tiang panjang simajolelo, tampek pusako bakeh bajuntai, inggiran sako dalam adat, panyangkuikan nan sagolek, panggantuangkan picak nan salayang, tasangkuik di tiang panjang tatahan di batu sandi, bulek lah buliah digolongkan, picak lah buliah dilayangkan, buatan niniak dengan mamak, tiang babarih saukuran, samo tagak jo tiang tuo (Tiang panjang si Majolelo, tempat pusaka diletakan, tumpuan sako dalam adat, penyangkutkan kebulatan yang sesuai, penggantungkan pipih yang selayang, tersangkut di tiang panjang tertahan di batu sandi, bulat telah boleh digolongkan, pipih telah boleh dilayangkan, buatan ninik mamak, tiang berbaris seukuran, sama tegak dengan tiang tuo).  

Tiang panjang adalah  lambang  putusan adat  yang bulat dalam hal sako ( gelar pusaka) yang merupakan pusaka kaum yang ditubuhkan secara bersama sama oleh anggota kaum.  Dari sekian buah  tiang yang sebaris tiang panjang, salah satunya adalah tiang tuo yang merupakan symbol dari pimpinan adat (penghulu) yang dipilih diantara anak kemanakan, untuk menyangkutkan pusaka adat (sako) atau untuk memakai gelar pusaka datuk. Tiang tuo tidak dapat berdiri dengan kokoh tanpa didampingi oleh tiang panjang atau yang disebut juga dengan manti salapan yang berfungsi sebagai perpanjangan tangan dari penghulu. Penghulu dalam menjalankan kepimpinannya bersama-sama dengan orang yang empat jenis (urang nan ampek jinih), iaitu: penghulu, manti, malin dan dubalang beserta lelaki lainnya di rumah gadang, yang  dilambangkan dengan tiang salapan

Dalam menjalankan fungsinya penghulu dengan perangkat kepimpinannya  kadangkala harus mengambil keputusan yang sukar dan tidak selalu menyenangkan bagi sebahagian anggota kaum, namun suatu putusan adat yang sesuai dengan alur dan patut harus dijalankan. Dalam pepatah dikatakan; Sungguah bengkok tagaknyo luruih, luruih manantang alua patuik. Disusun dek paran panjang, paatua manantang barih adat, rasuak palanca rasuak malintang, kokoh dek singgitan nan manumpu, pasak jalujua kunci nan kokoh, sandi padek samakin kuaik, ukua jangko bana nan data (Sungguh bengkok tegaknya lurus, lurus menantang alur patut.  Disusun oleh paran panjang, penghubung menantang baris adat, rasuk pelancar rasuk melintang, kokoh karena singgitan yang menumpu, pasak jelujur kunci yang kokoh, sendi padat semakin kuat, ukur jangka kebenaran). 

Terakhir ada Tiang dapur adalah tiang yang sejajar dinding belakang, yang merupakan batas dengan halaman belakang atau dapur. Di tengah jejeran tiang belakang sebuah pintu yang menghubungkan antara rumah dengan dapur tempat anggota keluarga memasak dan menyimpan berbagai perbekalan rumah tangga. Tiang dapur disebut juga suko dilabo (suka dilaba) maksudnya, semua orang suka dilaba atau suka pada hal yang menguntungkan.

Namun tidak semua yang menguntungkan boleh dimakan, karenanya orang harus dapat membezakan mana yang halal dan mana yang haram. Yang dimakan hanya yang halal,  dalam pepatah dikatakan; Tiang dapua suko dilabo, kabia bakuak ka balakang, bapantang rabah kamuko, sasak jo ruyuang baleronyo, masak matah baban nan datang, lalu dimuko ka balakang,elok buruak juadah tibo, tiang dapua manyalisiah. Indak disabuik jo rundiangan, dirameh sajo dipandapuran, dilahia tiang nan badiri, dibatin janang jo juaro, manilai halal dengan haram, maleik elok dengan buruak, manyigi upeh dengan racun, nan elok buliah dimakan, nan buruak dibuang katapian, di tangah pantang tasingik, tata babarih dari niniak, wareih nan turun dari mamak, baitu tutua nan didanga.

Tiang dapur suko dilaba, pintu terbuka ke belakang, berpantang rebah ke depan, sasak dengan ruyung membatasi, masak mentah beban yang datang, lalu dari muka terus ke belakang, baik buruk juadah tiba, tiang dapur menyalidiki.  Tidak disebut dalam rundingan, diremas sahaja dipendapuran.  Dilahir tiang yang berdiri, dibatin janang dengan  juara, menilai halal dengan haram, melihat baik dengan buruk, manyelidiki upas dengan racun, yang baik boleh dimakan, yang buruk dibuang ke tepian, di tengah pantang terberita, tata susunan dari ninik, waris yang turun dari mamak, begitu tutur yang didengar). 

Tiang dapur adalah lambang saksi bisu (saksi yang tiada tampak), saksi tentang hal yang baik dan yang buruk. Maknanya dalam kehidupan seari-ari, sebagai pengamal Islam yang taat (adat bersendi syarak) sekalipun sesuatu itu memberi keuntungan, tidak semuanya boleh diterima, harus dibezakan yang baik dengan buruk, halal dengan haram.  Mungkin hal ini tidak dilihat atau dibicarakan di depan orang banyak tetapi hati nurani dapat membezakan mana yang halal dan mana yang haram,  yang baik diterima dan yang buruk dibuang.  Dalam upacara adat tiang dapur merupakan tempat laluan yang paling ramai untuk menghantarkan makanan dari dapur ke rumah gadang.

Sumber : Agusti Efi Marthala buku rumah gadang penerbit humaniora Cetakan pertama 2013

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *