Budaya  

Ukiran Saluak Laka di Pintu Pada Museum Istano Basa Pagaruyung Punya Makna

Oleh : Masriwal STM

Saluak nan jaleh bakaitan, Laka basauh jo baukuran, Silang bapiuah di dalamnyo, Aleh pariang jo balango, Panadah angek jo dingin, Panatiang kuma baarang, Palatak tambika nan kapacah, Nan sanang talatak di tampeknyo, Buliah katangah jo katapi, Baiak di ateh ruang tangah, Dari muko lalu ka ujuang, Laka nan indak dapek tingga.

Saluak Laka adalah alas periuk  yang terbuat dari jalinan lidi enau atau lidi kelapa. Jalinan tersebut berfungsi sebagai alas atau penahan periuk agar jangan terguling dan jelaganya jangan sampai mengenai benda-benda lainnya.

Hal yang ingin diungkapkan melalui bentuk “saluak laka” ini adalah bentuknya yang terjalin erat, sehingga membentuk kesatuan yang kuat dan ulet.

Jalinannya yang kuat inilah yang pantas diteladani dalam kehidupan kekeluargaan. Kata-kata adatnya adalah sebagai berikut:

Nan basaluak nan bak laka, Nan bakaik nan bak gagang, Supayo tali nak jan putuih, kaik-bakaik nak jan ungkai. (Yang berjalin erat seperti laka,  yang berkait seperti gagang,Supaya tali jangan putus,Kait-berkait supaya jangan lepas).

Kata-kata tersebut menggambarkan  bagaimana eratnya hubungan sistem kekerabatan di Minangkabau. Ikatan kekeluargaan itu digambarkan bagaikan jalinan rotan atau lidi laka.

Itulah Kalau lidi atau  rotan sudah dijalin menjadi laka, maka kekuatannya akan berlipat ganda.

Demikian juga dengan kehidupan kekerabatan di Minangkabau, walau pun pengaruh dari luar datang begitu besar, namun karena ikatan adat yang kuat maka sistem kekerabatan tersebut tidak akan goyah. Kekuatan ikatan adat inilah yang disebut sebagai adat yang “tak lakang dek paneh, tak lapuak dek

hujan”.

Saluak Laka merupakan motif ragam hias yang penting di antara motif motif ragam hias Minangkabau, letaknya biasanya pada daun pintu dan daun jendela, seakan menyambut setiap kedatangan tamu dengan salam persaudaraan yang kuat.  Dalam upacara adat hubungan kekerabatan sangatlah besar.

Untuk mepersiapkan upacara adat semua kerabat, urang sumando, anak pisang, ipar besan dan semua kerabat jauh dan dekat bergotong royong dan bekerja secara bersama menyelesakan pekerjaan sesuai dengan tanggung jawab mereka masing-masing. Beban yang berat akan terasa ringan apabila dikerjakan secara bersama-sama.

Sumber : Khairuzzaky Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Bunda Mulia, Jl. Lodan Raya No. 2 Ancol, Jakarta Utara 14430, Indonesia 

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *